SUPERVISI AKADEMIK DALAM PEMBELAJARAN

 

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PEMBELAJARAN

 

Wachid Mucharom, S.Pd.,M.Pd.

 

Pelaksanaan pendidikan di sekolah, pada intinya adalah mengacu pada proses belajar mengajar, selain pembimbingan, perencanaan dan penilaian. Pembelajaran berkualitas yang dilaksanakan oleh guru akan berimbas secara langsung maupun tidak langsung pada murid. Imbas yang mungkin terjadi pada murid adalah pada peningkatan ilmu pengetahuan sebagai konten materi yang disampaikan guru, juga pada perubahan sikap atau perilaku murid sebagai bentuk keteladanan yang disampaikan atau dicontohkan oleh guru. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk melakukan transfer materi pembelajaran dan perubahan sikap yang diharapkan. Materi pembelajaran yang disampaikan guru memiliki standar minimal yang harus dikuasai murid, demikian pula perubahan sikap atau perilaku yang diharapkan terjadi pada murid. Perubahan sikap atau perilaku tersebut harus bersifat positif sebab perilaku positif tersebut akan mendukung semua kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain yang terjadi pada proses pendidikan. sementara perilaku destruktif atau negatif akan menghambat proses pendidikan. Untuk menyiapkan proses pembelajaran yang berkualitas, harus disiapkan pula guru-guru yang berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan supervisi akademik.

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan yang membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi pedagogic dan professional yang muaranya pada peningkatan mutu lulusan (Glickman, 2007). Sedangkan Daresh (2001) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya untuk membantu guru dalam mencapai tujuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan supervisi akademik dilakukan kepala sekolah kepada guru dengan tujuan untuk memberikan bantuan profesionalitas, selain itu supervisi akademik juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi professional dan kompetensi pedagodik yang berdampak pada peningkatan kinerja guru-guru di sekolah. Pengembangan kemampuan guru tidak hanya ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar, tetapi juga peningkatan komitmen, kemauan atau motivasi, sebab dengan peningkatan kemampuan dan motivasi guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Tanggung jawab pelaksanaan supervisi akademik adalah pada kepala sekolah, oleh sebab itu, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi yang mencukupi. Inti dari supervisi akademik adalah untuk membantu guru, dan hal itu berbeda dengan penilaian kinerja guru, meskipun dalam supervisi akademik ada penilaian. Dalam supervisi akademik menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran yang dapat langsung atau tidak langsung diamati oleh supervisor.

Menurut Sergiovanni (1987) terdapat tiga tujuan supervisi akademik, yaitu :

1.     Supervisi akademik dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.

2.     Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan monitoring ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah pada saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawat maupun dengan murid.

3.     Supervisi akademik dilakukan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu mencapai multi tujuan tersebut, bukan pada salah satu tujuan tersebut. Melalui reflleksi dari semua tujuan tersebut supervisi akademik mampu mengubah perilaku mengajar guru, yang pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru tersebut akan mengubah perilaku murid menuju hal-hal yang positif.

Adapun prinsip-prinsip supervisi akademik, menurut Dodd (1972) adalah sebagai berikut :

1.     Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai dengan kondisi sekolah.

2.     Sistematis, artinya dikembangkan sesuai dengan perencanaan program supervisi dan tujuan pembelajaran.

3.     Objektif, artinya masukan data atau informasi sesuai dengan aspek-aspek instrument yang disiapkan.

4.     Realistis, artinya berdasarkan pada kenyataan yang sebenarnya.

5.     Antisipatif, artinya mempu menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi

6.     Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran.

7.     Kooperatif, artinya terdapat kerjasama yang baik antara supervisor dengan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

8.     Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih dan asuh dalam pembelajaran.

9.     Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi dalam pelaksanaan supervisi akademik.

10.  Aktif, artinya supervisor dan guru aktif berpartisipasi dalam upaya perbaikan proses pembelajaran.

11.  Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, sabar, antusias dan humoris.

12.  Berkesinambungan, artinya supervisi akademik dilakukan secara periodic oleh kepala sekolah.

13.  Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan atau program sekolah lainnya.

14.  Komprerensif, artinya memenuhi seluruh tujuan supervisi akademik.

Supervisi akademik juga memiliki pendekatan. Pendekatan adalah cara mendekatkan diri pada objek atau langkah-langkah menuju objek. Menurut Sudjana (2004) pendekatan supervisi akademik ada tiga yaitu :

1.     Pendekatan langsung (Direct Contact), yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung, dalam hal ini, supervisor lebih dominan.

2.     Pendekatan tidak langsung (Indirect Contact) yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung, supervisor hanya mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan dan secara bersama-sama memecahkan permasalahan.

3.     Pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang memadukan pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.

Teknik-teknik supervisi menurut Gwyn (1961) terdapat dua macam teknik, yaitu teknik individual dan teknik kelompok.

Teknik supervisi individual terdiri atas :

1.     Kunjungan kelas (Classroom Visitation), kepala sekolah datang ke kelas untuk melakukan observasi guru yang sedang mengajar, untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki.

2.     Kunjungan observasi (Observation Visitation), guru ditugaskan sesuai dengan kebutuhan untuk mengamati guru lain yang sedang melakukan proses pembelajaran. Teknik ini bisa dilakukan di sekolah sendiri atau di sekolah lain.

3.     Pertemuan individual, teknik ini adalah suatu pertemuan, percakapan, dialog dan tukar pikiran antara supervisor dan guru dalam membahas proses pembelajaran yang dilakukan guru, baik kelebihan maupun evaluasi perbaikan untuk proses pembelajaran berikutnya.

4.     Kunjungan antar kelas, teknik ini adalah berupa kunjungan guru ke kelas lain di dalam satu sekolah. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran, beberapa hal penting dalam teknik ini adalah kunjungan harus direncanakan secara terjadwal, guru yang akan dikunjungi harus dipilih, menentukan guru yang akan mengunjungi, kepala sekolah mengikuti kegiatan ini agar dilaksanakan secara sungguh-sungguh, melakukan tindak lanjut setelah kunjungan selesai, hasil kunjungan dapat diterapkan oleh guru yang melakukan kunjungan.

Teknik supervisi kelompok, merupakan suatu cara melakukan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang akan disupervisi dikelompokkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan hasil analisis kemampuan kinerja. Langkah selanjutnya kepala sekolah sebagai supervisor memberikan layanan supervisi secara berkelompok sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan.

Model supervisi juga penting dalam upaya mencapai keberhasilan pembelajaran. Model-model supervisi yang ada adalah sebagai berikut :

1.     Model supervisi tradisional

Model supervisi ini dapat dilakukan langsung dengan observasi pada guru yang sedang melakukan proses pembelajaran. Model supervisi tradisional ini terdiri atas supervisi langsung dan supervisi tidak langsung.

2.     Model kontemporer (masa kini)

Supervisi model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis sehingga sering disebut juga dengan supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis merupakan supervisi yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan prosedur supervisi langsung. Karakteristik supervisi klinis antara lain perbaikan keterampilan pembelajaran spesifik, fungsi utama supervisor adalah pada keterampilan mengamati, menganalisis implementasi kurikulum dan membuat catatan, fokus pada perbaikan cara mengajar, analisis berdasarkan bukti pengamatan, instrument disusun atas kesepakatan guru dan supervisor, balikan diberikan secara cepat dan objektif.

Supervisi akademik yang berhasil adalah supervisi yang memberikan dampak posiitif secara signifikan kepada guru dalam proses pembelajaran dan pada murid dengan adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku positif.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Daresh, John C. 2001. Supervision as proactive leadership. Reading Education Development Trust.

Dodd, WA. 1972. Primary School Inspection Inc. in New Countries. London: Oxford University Press.

Glickman, CD Gordon, SP, aand Ross-Gordon JM. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston Perason.

Gwynn, JM. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead $ Company.

Sergiovanni, T.J. et al. 1987. Educational Governance and Administration. Second Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algensido Offset.

 

Comments

Post a Comment